Rabu, 15 Juni 2011

For my Lovely heart

Aku melihatnya menangis dipojok jendela sana. Menangis tersedu, sambil menggenggam handphone kesayangannya. Duduk berjongkok dan menenggelamkan kepalanya diatas lututnya. Pilu melihatnya saat itu, sangat pilu. Entah mengapa, tangisannya mengajak orang ikut merasakan kesedihannya saat itu dan ingin menitikkan air mata juga.
Ingin sekali aku mendekatinya, mengelus kepalanya dan merangkulnya ke dalam dekapanku hingga tangis itu tidak terdengar lagi.
Tapi, aku yakin dia seseorang yang kuat, seseorang yang berjiwa besar, sehingga masalah apapun yang dihadapinya akan berlalu dengan cepat :). Aku percaya itu.
Jika sekali saja, aku diizinkan untuk membagi kasih sayangku terhadapnya. Jika sekali saja, aku diizinkan untuk menenangkan dirinya. Walaupun setelahnya, aku tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengannya. Walaupun tidak ada kata2 perpisahan selain senyum yang menenangkan. Aku rela, aku ikhlas, asalkan aku diberi kesempatan untuk menjadi wujud nyata dalam keberadaanku saat ini.

Ingatlah, wahai kekasih hatiku
Aku menyayangimu, seperti orang tuamu yang menyayangimu. Seperti kekasih yang mencintaimu. Seperti kakak yang memanjakanmu.
Ingatlah, wahai kekasih hati
Allah selalu beserta dirimu, Allah selalu menunjukkan kebenaran padamu. Maka, janganlah bersedih jika kebaikan itu datang dengan cara yang menyakitkan. Seperti obat yang pahit, namun menyembuhkan, kan? :)

Bisakah kau berjanji padaku, agar tidak pernah lagi kau menitikkan kristal air dari matamu yang indah? Kecuali jika kristal itu hanya terjatuh untuk Rabbmu. Karena hanya Dia yang pantas untuk mendapatkan kristal indahmu :). Tak usah lagi kau bersedih, tergugu seperti itu. Karena sangat membuatku pilu, tanpa bisa ku melakukan suatu apapun untuk mengurangi rasa sakitmu. Kecuali berdoa kepada Pencipta kita.

Aku mencintaimu karena Rabb kita. Selalu....